Perjuangan mendapatkan Beasiswa Australia Awards Scholarship (AAS) memang enggak mudah, tapi bukan berarti kamu enggak bisa. Biar makin semangat, intip rahasia Awardee Beasiswa AAS bisa tembus beasiswa favorit ke Australia ini, yuk!
Di balik kesuksesan para penerima beasiswa, ada kisah inspiratif dan rahasia-rahasia yang mungkin belum banyak orang tahu. Nah, melalui mereka, kita bisa belajar dan menerapkannya.
Melansir dari Instagram Kobi Education, ini berbagai cerita perjuangan awardee AAS yang harus kamu tahu!
Kisah Perjuangan dan Rahasia Awardee Beasiswa AAS
1. Nur Helida Kartika – Master of Education by Research, Adelaide University
Siapa bilang lulus terlambat susah dapat beasiswa kuliah ke luar negeri? Kak Nur Helida Kartika, atau akrab dipanggil Tika, sudah membuktikan kalau lulus tujuh tahun itu enggak jadi halangan buat bisa lanjut S2 di Australia, lho!
Kak Tika bercerita, di tahun keempat kuliahnya di Universitas Mulawarman, ia lari dari skripsi hingga tiga tahun lamanya. Selama pelarian itu, ia sibuk mencari kegiatan lain, seperti bekerja, mengajar, dan translator.
Nama dan IPK Kak Tika sampai dipajang di depan prodi karena belum lulus, padahal sudah masuk tahun ketujuh. Akhirnya, ia memutuskan ngebut mengerjakan skripsi.
Pada 2017, ia berhasil lulus S1 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Mulawarman. Setelah itu, ia lanjut program profesi Guru dan bekerja di sekolah swasta.
Pantang menyerah meski lulus terlambat, Kak Tika mendaftar Australia Awards Scholarship dan lolos Beasiswa Split-Site Master’s Program (SSMP); Program Master of Education (TESOL) di Universitas Mulawarman dan University of Adelaide.
Kak Tika berhasil menjadi Awardee Beasiswa AAS tahun 2019. Namun, keberangkatannya harus ditunda 3 tahun karena pandemi. Sempat pesimis gagal berangkat, akhirnya tahun 2022, ia bisa berangkat ke Australia.
Kak Tika berpesan, kalau semua punya change yang sama untuk dapat beasiswa, yang penting niat mau memperjuangkannya. Harus kuat mental, plus jangan pernah remehkan kekuatan mimpi.
Ini tips lolos dari beasiswa dari Kak Tika:
- Saat seleksi AAS, penyeleksi paling melihat essay dan interview, lalu IELTS, dan IPK. Jadi meski lulus terlambat, jangan takut buat daftar;
- Jangan minder karena kamu lulus dari kampus swasta atau kurang terkenal. Lulusan kampus bagus juga sulit dapat beasiswa kalau enggak gigih;
- Jangan kebanyakan overthinking sampai enggak melakukan apapun. Mulai aja dulu, jangan cuma plan atau nanya, just do it;
- Investasi waktu minimal 3 bulan sebelumnya buat belajar IELTS.
2. Imam Santoso – Master of Philosophy Metallurgical Engineering, The University of Queensland
Kak Imam Santoso sudah menyadari pentingnya pendidikan untuk mengubah nasib sejak kecil. Sejak ditinggal ibu selamanya, ia diasuh oleh neneknya yang sangat menekankan pendidikan.
Ia termotivasi kuliah di luar negeri sejak SMP. Berkat berita peluncuran pesawat N250 oleh Pak Habibie bersama PT Dirgantara Indonesia (Persero).
Saat masa-masa terakhir SMA, ia mendaftar kuliah kedokteran, tapi gagal. Kak Imam memutuskan untuk gap year dan tinggal bersama pamannya sambil berjualan kaca di Trenggalek, Jawa Timur.
Pada tahun berikutnya, ia berhasil lolos Teknik Metalurgi Institut Teknologi Bandung. Saat akhir perkuliahan, ia bahkan berhasil menjadi lulusan terbaik di angkatannya hingga menyampaikan pidato kelulusan saat wisuda.
Setelah lulus, Kak Imam bertekad mengejar beasiswa S2 di tengah kesibukan bekerja sebagai Asisten Dosen.Â
Ia berjuang keras belajar Bahasa Inggris, bahkan mengambil Tes IELTS sebanyak 8 kali. Kak Imam sempat struggling di section writing karena skor yang enggak sesuai target.
Minim persiapan, ia sempat gagal AAS pada percobaan pertama, tapi enggak nyerah gitu aja! Sadar kalau butuh bimbingan, ia mencari Mentor dari seniornya yang lebih dulu kuliah ke luar negeri untuk membantu persiapan AAS tahun berikutnya.
Hasilnya? Kak Imam lolos Beasiswa AAS dan berkuliah Teknik Metalurgi di The University of Queensland.Â
Enggak cuma bidang akademik, ia turut menjadi relawan, aktif di organisasi PPI, kegiatan sosial, olahraga, dan keagamaan bersama pelajar dan diaspora di Brisbane, Australia.
Setelah lulus S2, ia kembali melanjutkan Studi S3 di Aalto University, Finlandia dengan Beasiswa LPDP.Â
Kembali ke Indonesia setelah selesai S3, ia memulai karir sebagai Dosen di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM), Jurusan Teknik Metalurgi, ITB.Â
Pesan dari Kak Imam, siapapun kamu dan apapun latar belakang kamu, jangan pernah takut untuk mengejar cita-cita dan bermimpi tinggi.
Mau lolos beasiswa kayak Kak Imam? Ini tips dari beliau:
- Pelajari visi dan misi setiap beasiswa, kemudian jelaskan alasan kenapa beasiswa tersebut sejalan dengan visi misi kamu;
- Jelaskan kontribusi yang akan kamu berikan untuk Indonesia. Caranya, temukan masalah disekitarmu, lalu tawarkan solusi dari masalah tersebut;
- Jelaskan dampak yang akan kamu berikan untuk masyarakat luas, dari segi kemanusiaan.
3. Raissa Almira – Master in Marketing Communications, University of Melbourne
Perjuangan Kak Raissa Almira meraih kesempatan S2 di luar negeri dengan beasiswa ternyata berliku banget, lho! Ia harus menerima penolakan sebanyak 20 kali, mulai dari LPDP, Chevening, Erasmus, hingga AAS.
Kak Raissa kuliah S1 di Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan UGM, kemudian berubah haluan ke Bidang Marketing Communications saat mendaftar S2.
Pindah jurusan juga bukan hal mudah, Kak Raissa melakukannya dengan menambah pengalaman relevan dari bidang yang ingin dituju, bisa dari:
- Kegiatan volunteering pada bidang yang kita minati;
- Pengalaman/aktivitas yang cocok dengan jurusan yang kita pilih untuk disampaikan di CV atau esai;
- Pemaparan tujuan dan alasan berganti jurusan yang jelas.
Realita penolakan sana-sini membuatnya harus menjalani kehidupan sebagai Scholarship Hunter sekaligus bekerja full-time selama 3 tahun.
Mempersiapkan beasiswa sekaligus bekerja memang melelahkan. Ia pun menerapkan strategi membuat dokumen Master yang nanti bisa disesuaikan dengan konteks per beasiswa yang dituju.
Terbukti ampuh! Kak Raissa akhirnya lolos Beasiswa AAS di Marketing Communications, University of Melbourne.
Baginya, belajar di University of Melbourne sangat memberikan proses belajar yang selama ini ia cari-cari, karena:
- Dosen-Dosen untuk saling memberi feedback;
- Perkuliahan interaktif;
- Pertemanan multikultural;
- Kesempatan kerja part-time.
Pesan dari Kak Raissa, perjuangan buat mendapatkan beasiswa itu butuh mental yang kuat. Jangan pernah sombong sebanyak apapun pengalaman atau kehebatan kita. Intinya berusaha dan berdoa.
Ini tips dan trik lolos AAS dari Kak Raissa:
- Reflect who you are, what do you want. Ingat, self awareness itu penting banget sebagai langkah awal mendaftar beasiswa;
- Baca semua panduan pendaftaran;
- Enggak semua hal instan, latihan Bahasa Inggris dan persiapkan dari jauh-jauh hari;
- Surat rekomendasi memang enggak wajib dalam AAS, tapi tetap masukin aja;
- Fokus asah kemampuan Bahasa Inggris, cek skor minimal IELTS dan TOEFL;
- Coba terus dan tingkatkan kemampuan karena AAS enggak ada batasan usia.
Nah, itu dia rahasia Awardee Beasiswa AAS yang semoga bisa memotivasi kamu, ya.
Â
Dari cerita mereka, kita bisa mengambil kesimpulan kalau persiapan matang itu kunci suksesnya. Plus, tahan banting menghadapi segala kesulitan dan rintangan.
Â
Semoga berhasil, SoBi!