Menjelang Tes IELTS, kamu malah mendengar mitos Tes IELTS yang belum tentu benar? Duh, daripada salah dan bikin kamu makin pesimis, mending kita cek faktanya, yuk!
Eits… sebelum lanjut, MinBi punya info menarik, nih! Kamu struggle sama IELTS writing dan speaking? Enggak punya temen belajar dan butuh Tutor? Ikut belajar bareng Kobi aja, kuy!
Pstt… jadwalnya super fleksibel, lho! Cuma di hari Selasa dan Kamis dalam seminggu! Mau tahu lebih lanjut tentang programnya? Kepoin di sini, ya!
Penasaran mitos-mitos IELTS itu benar atau salah? Yuk, cari tahu faktanya di artikel ini!
Mitos Tes IELTS: Benar atau Salah?
1. IELTS Lebih Susah Dari TOEFL
Baik tes TOEFL (Test of English as a Foreign Language) maupun IELTS (International English Language Testing System), sama-sama mengukur kemampuanmu dalam berbahasa Inggris.Â
Enggak ada yang lebih mudah atau lebih sulit. Tingkat kesulitan itu tergantung kemampuan dan preferensi pribadi, ya, Sob!Â
2. IELTS Mudah di Negara Tertentu
Ada anggapan kalau IELTS bisa lebih mudah di testing centre atau negara tertentu. Itu mitos, ya, SoBi!
Â
IELTS dirancang untuk memastikan standar konsisten di seluruh dunia. Artinya, enggak peduli kamu tes di mana, di negara mana, atau di kota mana, standar penilaiannya tetap sama.Â
Jadi, kalau ada yang bilang “di sini lebih mudah“ atau “di situ lebih susah“, itu lebih ke mitos atau persepsi pribadi yang bukan sistem penilaian IELTS sebenarnya.
3. Butuh Aksen British atau American untuk Tes Speaking
Banyak banget yang masih beranggapan bahwa aksen berpengaruh pada band di speaking IELTS, padahal ini mitos, lho, SoBi!Â
Â
Kamu hanya perlu berbicara dengan jelas dan alami di tes speaking. Penguji menilai kemampuan berkomunikasi, bukan berdasarkan aksen tertentu.
4. Jawaban Speaking Harus Panjang
Kualitas jawaban lebih penting daripada kuantitas. Kamu cukup menjawab dengan dengan tepat dan enggak melenceng dari pertanyaannya.
Â
Hindari memutar-mutar pembahasan yang enggak terlalu relevan, hanya karena ingin jawabanmu kelihatan panjang. Penguji lebih tertarik pada kualitas jawabanmu dibandingkan berapa lama kamu berbicara.
5. Lebih Baik Menggunakan Kata-Kata Rumit untuk Tes Writing
Enggak perlu susah-susah memahami kosakata rumit buat digunakan di tes writing, ya, Sob.Â
Â
Penggunaan bahasa yang sederhana dan tepat lebih dihargai daripada memaksakan diri menggunakan kata-kata sulit.
6. Writing Task 1 Lebih Penting Daripada Task 2
Banyak orang berpikir kalau task 1 itu penting banget dan harus sempurna. Padahal, sebenarnya task 2 punya bobot lebih besar dalam penilaian.Â
Â
Dalam writing task 1, kamu diminta untuk menggambarkan grafik atau diagram dalam bentuk tulisan. Sementara task 2, harus menulis esai sebagai tanggapan terhadap sebuah pernyataan atau pertanyaan.
Â
Meski writing task 1 penting, jangan sampai kamu menghabiskan terlalu banyak waktu atau energi sampai mengabaikan task 2, ya!
7. Perlu Memberikan Opini untuk Semua Pertanyaan
Ada kalanya kamu hanya perlu menyajikan fakta atau informasi. Â
Â
Tapi, memberikan opini pribadi juga sering kali dibutuhkan dan enggak salah, kok. Kamu hanya perlu melihat jenis dan perintah soalnya, ya! Â
8. Kesalahan Ejaan Enggak Masalah
Kesalahan ejaan bisa jadi masalah dan memengaruhi skor, terutama kalau kesalahan itu mengubah makna kata.
Â
Misalnya, kamu mau menulis kata ‘peace’ yang artinya damai, tapi malah nulis piece, yang artinya potongan. Dua kata ini memiliki arti berbeda, kan?
Â
Nah, kalau kamu salah mengejanya, akan berpengaruh ke makna tulisan dan skormu akan turun. Saat menulis, usahakan untuk double-check ejaan setiap kata yang kamu tulis, ya!
9. Computer-Based Lebih Susah Dari Paper-Based
Banyak yang bilang kalau format kertas lebih susah, atau sebaliknya, yang di komputer itu lebih gampang. Padahal, Tes IELTS memiliki tingkat kesulitan yang sama, baik computer-based atau paper-based.
Â
Enggak usah memikirkan mana format paling mudah, kamu cukup fokus mengerjakan soal-soalnya saja. Pilihan format tergantung kenyamanan pribadi masing-masing.
10. Penguji Mencari Jawaban Benar
Bagian reading dan listening, penguji memang mencari jawaban benar. Tapi, untuk bagian speaking dan writing, penguji mencari kemampuan untuk berkomunikasi efektif, bukan jawaban yang benar atau salah.
Â
Maksudnya, bisa enggak, sih, kamu menyampaikan opini dengan jelas, logis, dan mudah dimengerti orang lain? Buang pikiran harus menjawab semua pertanyaan dengan benar, ya!
11. Semua Bagian Memiliki Bobot Yang Sama
Katanya, semua bagian di tes itu punya bobot yang sama. Tapi, kenyataannya enggak, lho, Sob!Â
Â
Setiap bagian memiliki bobot skor berbeda. Misalnya, writing task 2 lebih berbobot dibanding task 1. Jadi, kamu harus lebih memberikan perhatian dan effort lebih ke task 2.
Â
Siapkan dirimu dengan baik dan pertimbangkan bobot skor tiap bagian saat belajar atau berlatih, ya!
12. Enggak Boleh Meminta Penguji Tes Speaking Mengulang Pertanyaan
Eits, jangan salah paham dulu, ya! Sebenarnya, mitos ini enggak benar, lho. Kamu boleh, kok, meminta penguji mengulang pertanyaannya kalau dirasa kurang jelas atau kamu membutuhkan waktu lebih lama untuk berpikir.
Â
Jangan sampai karena takut atau ragu meminta penguji mengulangi pertanyaan, kamu malah kehilangan kesempatan buat memberikan jawaban terbaik.
13. Ada Pengulangan Audio Dalam Tes Listening
Katanya, dalam bagian listening, audio bisa diputar berulang kali buat peserta tes. Faktanya, hal itu enggak benar, lho. Audio dalam tes listening hanya diputar sekali saja.
Â
Makanya, penting banget buat kamu untuk tetap fokus. Jangan sampai terganggu atau terdistraksi dengan hal lain. Saat audio diputar, telinga dan pikiran kamu harus benar-benar siap menangkap semua informasi yang diberikan.
14. Semakin Banyak Jumlah Kata Dalam Menulis, Skor Akan Semakin Besar
Enggak, ya, SoBi. Kamu harus menulis sesuai aturan jumlah kata. Misalnya, 150 kata di writing task 1 dan 250 kata di writing task 2.
Â
Kalau kamu menulis kurang dari jumlah yang ditentukan, skormu sudah pasti berkurang. Tapi, menulis lebih banyak juga bukan berarti skor bertambah. Kalau ada kesalahan, nilaimu akan tetap berkurang.
Â
Usahakan agar jumlah kata sesuai ketentuan dan enggak ada kesalahan grammar atau kosakata.
15. Bebas Memilih Modul Apapun
Sayangnya, kamu enggak boleh sembarangan memilih modul IELTS. Sesuaikan dengan kebutuhanmu, ya.Â
Â
Misalnya, kamu mau kuliah ke luar negeri, maka kamu harus mengambil IELTS Academic. Lain hal kalau mau bekerja di luar negeri, pilihanmu harus IELTS General Training.
Â
Nah, itu dia kebenaran dari mitos Tes IELTS yang kamu dengar. Jangan sampai kamu percaya mitos-mitos di atas, ya, Sob!
Â
Semoga berhasil, SoBi!