6 Mitos Beasiswa AAS, Ini Berbagai Fakta Yang Harus Diketahui!

kobi education-mitos beasiswa aas-gambar true or false di atas halaman buku

Pendaftaran Australia Awards Scholarship (AAS) akan dibuka mulai tanggal 1 Februari 2024. Hayoo, siapa yang masih termakan mitos Beasiswa AAS sampai maju mundur mau daftar? 

 

Malah sampai muncul pertanyaan, “Emang benar begitu, ya?

 

Atau malah belum tahu apa aja mitos yang kerap dikaitkan dengan AAS?

 

Daripada penasaran, periksa faktanya di artikel ini, yuk! 

Sekilas Tentang Australia Awards Scholarship

Australia Awards Scholarship (AAS) merupakan program beasiswa dari Pemerintah Australia untuk pelajar internasional, termasuk Indonesia yang ingin melanjutkan Studi S2/S3 di universitas Australia.


Sejak 1953, AAS sudah aktif mendanai orang Indonesia untuk kuliah di Australia. Beasiswa ini memiliki misi utama memperkuat hubungan masyarakat Indonesia–Australia.


Beasiswa ini terbuka untuk umum. Tapi, mereka memprioritaskan pendaftar dari dua
kategori, yaitu:

    • Equity Target Groups (ETG) – Penyandang disabilitas, perempuan kelompok rentan, dan masyarakat provinsi sasaran pemerataan;
    • Government of IndonesiaPNS dan PPPK, baik di tingkat pusat, provinsi, maupun daerah.


Catat tanggal pendaftarannya biar enggak ketinggalan, yuk!

Pembukaan Pendaftaran: 1 Februari 2024

Penutupan Pendaftaran: 30 April 2024

Mitos Beasiswa AAS Yang Harus Kamu Tahu Faktanya

1. Harus Punya LoA

Mitosnya, kalau mau daftar beasiswa ini, kamu harus sudah punya Letter of Acceptance (LoA) sebagai bukti penerimaan dari salah satu universitas di Australia.

 

Faktanya, kamu enggak harus punya LoA buat daftar beasiswa ini ya, SoBi!

 

AAS justru akan membantu para Awardee-nya mendaftar ke universitas tujuan melalui jalur khusus AAS. Mereka bahkan mengadakan sesi konsultasi langsung dengan pihak universitas, lho!

 

Jadi, kamu hanya perlu fokus mempersiapkan berkas persyaratan beasiswa sebaik mungkin.

2. IPK Harus di Atas 3.0

Siapa bilang kalau syarat pendaftaran Beasiswa AAS, IPK kamu harus di atas 3.0? 

 

IPK di bawah 3.0 juga bisa daftar AAS, kok. So, enggak harus minder kalau IPK kamu kecil, ya! 

 

Ini dia daftar minimal nilai IPK berdasarkan kategorinya:

 

Jenjang

Government of Indonesia

Equity Target Groups

Non-Targeted

Master (S2)

2.9

2.75

2.9

PhD (S3)

3.0

2.75

3.0

3. Harus Punya Skor Bahasa Inggris

Kalau ini bukan mitos Beasiswa AAS, tapi fakta.


Yap! Kamu
harus punya skor kemampuan bahasa Inggris, entah itu IELTS, TOEFL ITP, TOEFL iBT, atau PTE Academic


Ini minimal skor berdasarkan kategorinya: 

Jenjang

Government of Indonesia

Equity Target Groups

Non-Targeted

Masters (S2)

  • IELTS 6.0
  • TOEFL ITP 552
  • TOEFL iBT 80
  • PTE Academic 56
  • IELTS 5.0
  • TOEFL ITP 495
  • TOEFL iBT 63
  • PTE Academic 46
  • IELTS 6.0
  • TOEFL ITP 552
  • TOEFL iBT 80
  • PTE Academic 56

PhD (S3)

  • IELTS 6.0
  • TOEFL ITP 552
  • TOEFL iBT 80
  • PTE Academic 56
  • IELTS 6.0
  • TOEFL ITP 552
  • TOEFL iBT 80
  • PTE Academic 56
  • IELTS 6.5
  • TOEFL ITP 570
  • TOEFL iBT 88
  • PTE Academic 61


Kamu harus tahu, minimal skor untuk pendaftaran AAS berbeda dari minimal skor untuk pendaftaran universitas di Australia. Universitas biasanya mensyaratkan minimal skor lebih tinggi.


Tenang aja! Kalau skor kamu masih enggak memenuhi atau saat pendaftaran kamu memasukkan sertifikat Bahasa Inggris selain IELTS, AAS memfasilitasi Tes IELTS gratis untuk memperbaiki skor tersebut.

4. Ada Batasan Usia

Faktanya, pendaftaran AAS itu enggak ada batasan usia, lho! 

 

Pendaftar dari semua kalangan usia, selama memenuhi persyaratan lain yang sudah ditetapkan, bisa mendaftar beasiswa ini.

 

Jadi, kalau kamu gagal lolos AAS tahun ini, kamu masih bisa coba daftar lagi berkali-kali karena enggak ada batasan usia.

5. Enggak Bisa Pindah Jurusan Dari Pendidikan Sebelumnya

Ini mitos, ya, SoBi!

 

Kamu bisa pindah jurusan yang berbeda dari latar belakang sebelumnya, kok. Dengan syarat, alasan kamu bisa diterima dan kamu memiliki pengalaman atau keterampilan relevan dengan jurusan pilihan yang baru.

6. Lulusan Kampus Swasta Enggak Bisa Daftar

Enggak cuma kampus negeri, lulusan universitas swasta juga bisa daftar AAS, kok.

 

Dalam syarat pendaftaran Beasiswa AAS, enggak ada yang menyebutkan bahwa pelamar harus dari lulusan universitas negeri. Pelamar hanya harus lulus program Sarjana (S1) untuk mendaftar Master (S2), atau lulus program Master untuk mendaftar program Doktor (S3).

 

Paling penting, universitas kamu berada di Indonesia dan terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). 

Tips dan Trik Lolos Beasiswa Australia Awards ala Awardee AAS

1. Pahami Visi dan Misi Beasiswa

Kak Imam Santoso, Awardee AAS yang pernah berkuliah di The University of Queensland, memberikan tips memahami visi dan misi beasiswa sebelum mendaftar.


Kak
Raissa Almira, Penerima AAS, juga kasih bocoran informasi kalau beasiswa ini itu mencari orang-orang yang kontributif dan memiliki mimpi membuat perubahan di masyarakat.


Nah, melalui visi misi beasiswa itu, sesuaikan dengan alasan dan tujuan kamu ingin kuliah di Australia.


Untuk mencari alasan dan tujuan, kamu bisa merefleksikan diri selama hidup. Ambil sebuah cerita yang bisa kamu jual untuk mendapatkan beasiswa. Pastikan cerita itu sejalan dengan apa yang dicari Beasiswa AAS, ya!

2. Persiapkan Bahasa Inggris

Karena Bahasa Inggris dalam pendaftaran AAS itu penting banget, kamu harus mempersiapkannya dari jauh-jauh hari.


Kak
Nur Helida Kartika, Awardee AAS di Adelaide University, menyarankan untuk belajar IELTS minimal 3 bulan sebelumnya.


Sementara Kak Paguh, A
wardee AAS, memberikan tips belajar English berdasarkan pengalamannya, yaitu:

    • Bikin list fancy word untuk memperkaya kosa kata;
    • Nonton film berbahasa Inggris untuk latihan listening;
    • Sisihkan waktu untuk cross check jawabanmu di section reading;
    • Menghargai proses belajar, sekecil apapun.

3. Persiapkan Esai

Kak Nur Helida Kartika bilang kalau proses seleksi AAS, penyeleksi paling melihat esai dan interview, lalu IELTS, selanjutnya IPK.

 

Jadi, kamu harus memaksimalkan esai untuk menarik perhatian penyeleksi, sebelum masuk ke tahap wawancara.

 

Sementara Kak Raissa menambahkan bahwa dalam esai AAS, penekanan alasan dan kontribusi itu sangat penting. Untuk itu, berikan jawaban yang saling berkaitan dan personal. Tapi, jangan melebih-lebihkan, ya!

 

Masih bingung belum kebayang? Ada tips tambahan, nih, dari Kak Imam. Menurutnya, esai AAS juga harus memuat kontribusi bagi masyarakat. Caranya, temukan masalah di sekitar kamu, kemudian tawarkan solusi dari masalah tersebut.

4. Persiapkan Dokumen Lain

Kamu enggak boleh melewatkan dokumen-dokumen lain, seperti CV, surat rekomendasi, ijazah dan transkrip akademik, fotokopi KTP/paspor, proposal penelitian (khusus pelamar S3), dan formulir aplikasi.

 

Persiapkan semua persyaratan dengan baik dan jangan sampai ada yang terlewat. Kurang satu dokumen saja bisa mempersempit peluang lolos kamu, lho! Jika perlu, buat ceklis semua berkas beasiswa.

 

Nah, itulah dia mitos Beasiswa AAS yang harus kamu tahu. Jangan sampai mitos-mitos itu bikin kamu enggak jadi daftar beasiswa, ya!

 

Sekarang, setelah tahu faktanya, segera lengkapi semua persyaratannya, yuk! Pendaftaran AAS 2024 ditutup tanggal 30 April, lho. 

 

Semoga berhasil, SoBi!