Pendaftaran Australia Awards Scholarship (AAS) sudah dibuka dari tanggal 1 Februari – 30 April 2024, lho! Biar kamu makin semangat kejar persiapan, intip kontribusi Awardee AAS Indonesia yang inspiratif, yuk!
Mulai dari pendidikan, lingkungan, hukum, hingga seni, para alumni AAS ini sudah membuktikan kontribusi nyata mereka buat Indonesia.
Penasaran apa aja kontribusi yang mereka bawa? Simak informasinya, ya!
Kontribusi Awardee AAS Indonesia
1. Randi Julian Miranda - Founder & CEO Handep
Setelah lulus S2 dari The University Of Melbourne, Kak Randi memilih pulang ke Kalimantan Tengah, tanah kelahirannya, untuk memberdayakan masyarakat Dayak.
Kak Randi memanfaatkan sumber daya rotan di kampung halamannya untuk membuat brand fashion bernama HANDEP. Kegiatan ini sekaligus memberdayakan masyarakat Dayak yang punya tradisi menganyam rotan.
“HANDEP memilih model social enterprise karena tujuannya tidak hanya demi mencari keuntungan semata, tetapi membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan di sekitarnya,” kata Kak Randi, dikutip dari Antara.
2. Najwa Shihab - Jurnalis dan Founder Narasi
Siapa yang belum kenal Kak Najwa Shihab? Akrab disapa Mbak Nana, merupakan seorang Jurnalis sekaligus Founder dari Narasi yang pernah jadi Awardee Australia Leadership Awards pada tahun 2008.
Studi S2 di Law School, The University of Melbourne, menjadi pengalaman dan bekal berharga untuk kariernya sebagai seorang Jurnalis.
“Karena saya belajar di Melbourne Law School, saya bukan hanya mendapat Ilmu Murni Hukum, tetapi juga menganalisa suatu persoalan. Dalam pekerjaan saya sebagai Jurnalis, kemampuan untuk bisa menganalisa sesuatu, mengembangkan, dan beradu argumen dengan orang itu sangat membantu saya,” kata Mbak Nana, dikutip dari Kedutaan Besar Australia Indonesia.
Berkat kontribusinya terhadap profesi dan masyarakat, Mbak Nana didapuk AAS sebagai Alumni of the Year 2022, nih, Sob! Hebat, kan?
3. Alue Dohong - Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
Pak Alue Dohong telah lama bergelut di bidang pengolahan lahan basah atau lahan gambut.
Sepulang dari menempuh Studi S3 Bidang Environmental Management di University of Queensland, Pak Alue sempat ditugaskan untuk memulihkan dua juta hektar lahan gambut terdegradasi di 7 provinsi, lho, Sob!
“Studi saya di Queensland membantu saya merumuskan kebijakan lingkungan hidup Indonesia dan memberikan panduan teknis di kementerian,” kata Pak Alue, dilansir dari AAS.
Atas kontribusi dan pencapaiannya, Pak Alue dinobatkan sebagai Alumni of the Year 2021. Keren banget, kan?
4. Martinse Constantina Nabu Bois - Save the Children Indonesia
Kak Martinse Constantina Nabu Bois, akrab disapa Kak Ine, sudah lama berkontribusi terhadap program perkembangan anak, mulai dari sektor kesehatan dan gizi, pendidikan, hingga perlindungan anak-anak di Indonesia.
Kak Ine pernah membantu Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi mengelola Sekolah Penggerak. Di sana, ia berkontribusi mengembangkan modul dan melatih pemangku kepentingan sekolah.
Saat ini, Kak Ine menjabat sebagai Senior Program Manager di Save the Children Indonesia. Semua ini berkat ilmu yang ia pelajari selama Studi S2 Bidang Leadership and Management in Education di University of Newcastle.
“Saya mempelajari konsep memimpin dan mengelola individu atau tim di bidang pendidikan. Prinsip-prinsip ini dapat diterapkan dalam pendidikan dan membantu saya dalam pekerjaan saya saat ini,” ujar Kak Ine.
5. Laode Muhammad Syarif - Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Pak Laode Muhammad Syarif dikenal sebagai pejuang anti-korupsi di Indonesia. Ia pernah menjabat Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan berkontribusi memulai reformasi di lembaga penegak hukum, termasuk kepolisian, kejaksaan, dan Mahkamah Agung.
Semua berkat keilmuan yang ia dapatkan saat S2 Bidang Hukum dari Queensland University of Technology (QUT) dan S3 Hukum dari University of Sydney.
“Pengalaman pendidikan saya di QUT dan University of Sydney telah memengaruhi karier saya, baik sebagai akademisi maupun sebagai aktivis lingkungan hidup dan anti-korupsi,” ujar Pak Laode.
Beliau juga sempat mengajar di Universitas Hasanuddin, lho, dan terlibat dalam proyek-proyek yang fokus pada pengendalian korupsi dan pendidikan hukum lingkungan.
Kini, Pak Laode pegang peranan sebagai Direktur Eksekutif Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan.
Berkat dedikasinya dalam pemberantasan korupsi, Pak Laode didapuk sebagai Alumni of the Year 2018. Menginspirasi banget, nih!
6. Mouly Surya - Sutradara Film
Mulanya, Kak Mouly berencana menjadi seorang Penulis, lho, Sob! Tapi, saat kuliah Sarjana di Australia, ia membuat film amatir bersama teman-temannya dan akhirnya menjadi kecintaan baru.
Yap! Akhirnya, ia memutuskan Studi S2 di Bidang Film dan Televisi dari Bond University, Queensland, Australia. Setelah lulus, ia pulang ke Indonesia dan mendirikan Cinesurya, perusahaan produksi film.
Singkat cerita, ia berhasil mendapatkan Citra Awards 2008 dari film pertamanya sebagai Sutradara penuh, berjudul Fiksi. Ia juga berhasil memutar film-nya berjudul Yang Tidak Dibicarakan Ketika Membicarakan Cinta di lebih dari 50 festival film dunia.
Ciri khas film buatan Kak Mouly adalah tokoh wanita kuat sebagai protagonis. Nah, lewat karya ini, ia membuka jalan bagi pembuat film wanita lainnya, Sob!
“Belajar di Australia, saya belajar menemukan diri saya sendiri, mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dan mampu mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran saya dengan bebas,” ucap Kak Mouly.
Karena kontribusi besar di bidang film, Kak Mouly dinobatkan sebagai Alumni of the Year 2017 oleh AAS, lho! Keren, kan?
Setelah membaca kontribusi Awardee AAS Indonesia, kamu mau ikutin jejaknya siapa, nih, Sob?
Siapapun itu, kamu pasti bisa kayak mereka, asalkan persiapanmu matang, ya, SoBi! Ingat, pendaftaran AAS ditutup pada 30 April 2024. Jangan sampai ketinggalan, ya!
Semoga berhasil!